Kamis, 25 Desember 2008

BERBAGI AMAL JARIYAH













Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Sebagai seorang muslim kita dianjurkan untuk memperbanyak kebaikan seperti halnya perintah
Amar ma'ruf Nahi Munkar. Kita juga diajarkan mengenai tiga hal yang akan kita bawa ketika kita meninggal kelak yakni Shodaqoh Jariyah, Ilmu Yang bermanfaat dan Anak sholeh yang selalu mendoakan orangtuanya. oleh karena itu marilah kita bersama membagi rizki kita kepada sesama demi tercapainya islam yang kaffah.
dengan dasar itulah kami memberikan kesempatan bagi saudara seISLAM untuk saling membantu baik kepada saudara kita yang berada dibawah garis kemiskinan maupun membantu pembangunan fasilitas yang menunjang kemajuan islam seperti masjid, TPA, Diniyah dan lain-lain.

Oleh karena itulah kami membuka diri dengan keikhlasan hati untuk membantu menyalurkan rizki anda sebagai tabungan masa depan di akherat melalui rekening Bank Mandiri Cabang Bojonegoro dengan nomor : 140-00-0596233-14015 atas nama M. Charis SA, S.Pd.I

Atas segala kepercayaan yang anda berikan kepada kami, tak lupa kami sampaikan terimakasih semoga amal ibadah dan jariyah anda diterima Allah. Amin.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.








Selasa, 23 Desember 2008

RESENSI BUKU "LASKAR PELANGI"


Resensi “Laskar Pelangi”



Judul : Laskar Pelangi
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bintang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan : Kedelapan Belas, Februari 2008
Tebal Halaman: xviii + 534 Halaman


Setiap manusia pasti membutuhkan pendidikan, baik itu pendidikan formal, nonformal dan informal. Banyak fenomena membuktikan, bahwa orang yang berpendidikan pada umumnya masa depannya lebih terarah dibandingkan dengan orang yang kurang berpendidikan. Tapi terkadang banyak orang yang membeda-bedakan siapa yang layak dan pantas mendapatkan pendidikan. Tidak jarang masyarakat desa “mengecap” bahwa pendidikan itu hanyalah sebuah kesia-siaan waktu dan biaya, kerap kali mereka berkata “Untuk apa sekolah, kalau toh akhirnya juga tak akan menjadi pegawai/ orang yang terpandang”. Menurut mereka pendidikan hanya menjadi prioritas orang kaya. Tapi dengan adanya program wajib sekolah sembilan tahun cukup membantu membukakan mata mereka bahwa pendidikan itu wajib bagi semua orang, tak ada bedanya antara orang kaya dan miskin., tua muda ataupun laki-laki dan perempuan semua berhak mendapatkan pendidikan.
Dalam novel ini mengulas tuntas tentang perspektif pendidikan yang sebelumnya orang tua mereka merasa malu karena dicemooh oleh aparat desa karena tak menyekolahkan anak mereka, orang tua mereka lebih suka menyerahkan mereka pada Tauke Pasar atau Juragan Kopra. Ada 3 alasan mengapa orang tua mereka menyekolahkan mereka pada sebuah sekolah pertama di daerah Belitong, yang pertama karena SD Muhammadiyah tidak menerapkan iuran, kedua karena memang anak mereka (para orang tua) dengan dasar agama anak mereka tidak akan mudah terjerumus pada hal-hal yang ditentang agama, ketiga karena memang anak mereka tidak diterima di sekolah negeri ataupun sekolah favorit.
SD Muhammadiyah pertama di Belitong mempunyai pahlawan tanpa tanda jasa, yakni Harfan Efendi Noor dan Muslimah Hafsari yang dengan sabar memperjuangkan anak didik mereka agar tidak mengalami keterbelakangan dalam berfikir, serta selalu membimbing anak didiknya untuk menjadi pemuda yang berakhlak.
11 tokoh Laskar Pelangi, Ikal (tak lain Andrea sang Penulis itu sendiri), Lintang, Mahar, Flo, Sahara, Akiong, Trapani, Harun, Syahdan, Kucai dan Bore’/Sumson. Mereka juga gigih menghadapi rintangan hidup walaupun dengan semua keterbatasan, mereka tak pernah patah semangat untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Justru dengan keterbatasan itu mereka mempunyai cara yang unik untuk menyikapi keterbatasan itu dengan menanamkan prinsip bahwa tak selamanya kemiskinan identik dengan kebodohan, buktinya mereka mampu bersaing dengan orang dari kalangan elite.
Dari sini kita bisa berfikir bahwa sekolah yang maju bukanlah sekolah yang mempunyai fasilitas lengkap ataupun murid yang banyak, tapi sekolah maju adalah sekolah yang bisa mencetak para pelajarnya menjadi seorang genius dan intelek dalam iptek maupun imtak.
Novel ini tidak hanya membicarakan tentang pendidikan, tapi juga tentang indahnya persahabatan, persahabatan masa kecil yang tak terlupakan dan persahabatan yang selalu memberi dukungan penuh antara satu dengan yang lain. Sehingga persahabatan itu abadi untuk selamanya. Keduanya terkemas cantik pada sebuah buku yang penuh motivasi serta inspirasi yang sedikit banyak mampu menggugah hati kita walaupun dengan gaya bahasa yang sedikit rumit, namun kualitas buku ini patut diacungi jempol.
Bisa kita bayangkan jika seandainya semua guru dan pelajar mempunyai karakter dan perjuangan seperti dalam novel ini, tak butuh waktu lama untuk meraih sukses dalam pendidikan, untuk mengharumkan nama bangsa. Oleh karena itu kita sebagai pelajar dan guru di Indonesia marilah kita selalu memberi yang terbaik untuk negara kita tercinta.